Wasitya D.Anggoro

Selasa, 03 Mei 2011

Tanya-jawab adalah satu hal yang penting dalam pendidikan. Bertanya dan memberi jawaban akan memberikan suatu gambaran ada dialog, komunikasi, dinamika, ada kehidupan.

Tanya-jawab ini bukan sekadar pelengkap kehidupan atau penyelenggaraan kehidupan tetapi juga pemanfaatan hidup dan kehidupan yang dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. Saling memahami, ada empowering, ada dukungan dan legitimasi, ada solusi.

Bagi tugas kepolisian, perlukah tanya-jawab ini? Jika perlu, apa yang harus dilakukan dalam belajar bertanya dan menjawab? Membuat pertanyaan-pertanyaan yang seolah-olah polisi adalah warga masyarakat yang berharap kepada polisi.

Apa peran dan fungsi polisi bagi masyarakat? Pelindung pengayom dan pelayan masyarakat. Apa yang harus dilakukan? Menjawab tindakan sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan kepada masyarakat, yang normatif dan yang ideal. Mengapa masih saja ada kekecewaan terhada polisi bahkan terjadi penyerangan? Karena polisi tidak profesional, arogan, tidak mendapat legitimasi, ada penyimpangan-penyimpangan dalam melaksanakan tugasnya. Mengapa bisa terjadi? Dan seterusnya, dapat dikembangkan dan dapat dijadikan model atau latihan berpikir kita dalam menyelenggarakan pemolisian. Semakin banyak pertanyaan yang disesuaikan peran dan fungsinya masing-masing, maka akan semakin detail tidakan-tindakan positif untuk memberi solusi atau pemecahan masalah akan memperbaiki mind set dan pola-pola pemolisianya.

Mengapa polisi berbenturan dengan massa atau saat terjadi sesuatu lagi-lagi polisi yang salah? Pada saat polisi disalah-salahkan dan dianggap bersalah, mengapa tidak ada yang membela atau setidaknya meluruskan bahwa kesalahan bukan semata-mata pada kepolisian? Apakah ini ketidak mampuan polisi atau ada hal yang lain? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebaiknya kita tidak hanya melihat pada gejala/fakta saja tetapi juga secara konseptual dan teoritikal, sehingga dapat memahami makna yang ada di balik gejala atau fakta yang ada.
 

Membiasakan bertanya dan menjawab dengan berbagai referensi akan mengasah otak dan hati menjadi peka dan semakin peduli terhadap apa yang menjadi fokus pekerjaan kita. Menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi juga bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan solusi-solusi atau dengan cara-cara yang diimplementasikan dalam pekerjaan. Tatkala kita tidak lagi bertanya dan ditanya atau dipertanyakan oleh orang lain, mungkin jawaban-jawabannya mengecewakan. Bahkan mungkin tidak menjawab. Atau bisa jadi tak mengerjakan apa yang diharapkan atau yang seharusnya dilakukan.

Kita sering melihat entah level pimpinan/level pelaksana datang kerja ya tangan hampa tanpa tahu apa yang akan dikerjakan. Bahkan ada yang memimpin rapat juga dengan penuh improvisasi (konsep-konsepnya tidak jelas dan tidak matang). Yang ada, memerintah dan marah tanpa petunjuk-petunjuk yang jelas.

Tatkala tak ada konsepnya atau ada tetapi keliru, maka arah dan penjabaranya akan keliru juga. Konsep-konsep ini bagai kompas, petunjuk dan pedoman untuk memahami atas sesuatu gejala. Konsep-konsep ini akan menunjukan rasionalisasi atas sesuatu pekerjaan yang dapat dijabarkan dan diimplementasikan pada semua level.

Bertanya dan menjawab menjadi bagian dari olah pikir mulai dari yang sederhana sampai ke tingkat yang kompleks. Yang akan menjadi model atau pola berpikir tidak hanya teknis tetapi juga konseptual dan teoritikal. Model belajar bertanya dan belajar menjawab menjadikan institusi pembelajar mampu belajar dan memperbaiki kesalahan masa lalu, siap menmghadapi tuntutan dan harapan masa kini, dan menyiapkan bagi generasi mendatang yang lebih baik.

from :http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_anda/3965/Belajar_Bertanya_dan_Belajar_Menjawab/


Terimakasih sudah membaca ^_^ wasityadwianggoro@gmail.com

0 comments:

Posting Komentar